HALUSINASI

0 komentar
PENGERTIAN HALUSINASI

Halusinasi adalah ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca indra yang ada. Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.

Tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:

1. Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.

2. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata.

3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, berganti pakaian dan berhias yang rapi.

5. Sikap curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan, mudah tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat.


Dibawah ini beberapa tipe dari halusinasi :


1. Halusinasi Pendengaran

Mendengar suara-suara, sering mendengar suara-suara orang berbicara atau membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar. Halusinasi ini paling sering dialami klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain.

2. Halusinasi Penglihatan

Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau seseorang yang telah mati.

3. Halusinasi Penciuman

Mencium bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau. Tipe ini sering ditemukan pada klien dengan dimensia seizure atau mengalami gangguan cerebrovaskuler.

4. Halusinasi Sentuhan

Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.

5. Halusinasi Pengecapan

Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa makanan dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien.

Proses terjadinya halusinasi dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari:

1. Fase Pertama

Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.

2. Fase Kedua

Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambarn suara dan sensori dan halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.

3. Fase Ketiga

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.

4. Fase Keempat

Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan selamanya.



(http://forum.ciremai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=15:halusinasi&catid=6:keperawatan-jiwa&Itemid=17)

Indera Keenam Muncul Saat Panca Indera Tidak Bekerja

0 komentar
Istilah yang tepat untuk indera keenam (sixth sense) dalam dunia medis adalah extra sensory perception (ESP). Semua orang punya kemampuan ESP (indera keenam) ini sejak lahir. Ketika masih balita, ESP seorang anak berkembang, lantaran panca inderanya belum banyak digunakan. Untuk itu, tidak heran seorang anak kadang mampu melihat makhluk halus, bahkan melihat masa lalu dan masa depannya. Semuanya bergantung pada ketajaman masing-masing.

Ketika sang anak mulai masuk sekolah dan belajar matematika, olahraga, dan lain-lain, ESP-nya berkurang karena tidak dilatih. Ketika sekolah, yang banyak dilatih adalah otak dan otot. Saat itu, panca inderanya yang dominan. Panca indera dalam istilah medis disebut sensory perception (SP). Jadi, kemampuan ESP-nya menurun. Perlu pelatihan kembali untuk membangkitkan ESP tersebut, karena pendidikan kita tidak menyeimbangkan antara ESP dan SP.

Seperti diketahui, manusia adalah makhluk rohani yang berjasmani. Ketika jasmani banyak digunakan, SP kita yang aktif bekerja (panca indera). Sebaliknya, ketika rohani yang banyak dipakai, ESP kita muncul. Pola pendidikan Barat dan Timur berbeda dalam memperlakukan SP dan ESP ini. Pendidikan Barat hanya memfokuskan pada pengembangan SP, terutama rasio.

Sementara pendidikan Timur, seperti di Cina dan India justru menyeimbangkan antara SP dan ESP. Jadi, selain rasio, spiritualnya juga dibangun. Misalnya, ada latihan meditasi yang sangat efektif untuk menajamkan ESP. Di Indonesia, anak-anak kerap diajarkan budi pekerti, kata-kata mutiara, dan pencak silat. Lalu, dibarengi dengan renungan dan siraman rohani. Sayangnya, pola pendidikan itu perlahan menghilang dan dimasuki pola pendidikan Barat.

ESP adalah karunia Tuhan yang diberikan kepada setiap insan. Ia tidak akan hilang seumur hidup, walau lama tidak dilatih. Dalam hadis nabi dikatakan, siapa yang mengetahui dirinya, mengetahui pula Tuhannya. Kaum sufi atau kelompok spiritual lainnya, memiliki ESP ini. Mereka betul-betul mengetahui jati dirinya, sehingga dekat dengan Tuhan. Dengan begitu, ESP-nya pun selalu tampil.

Ketika seseorang menghadapi kematian, panca indera (SP) manusia tidak bekerja. Saat itulah potensi ESP-nya muncul. Ketika seseorang tidak jadi mati, misalnya, ia bisa melihat dirinya sendiri selama tak sadarkan diri. Ada juga yang saat masuk ruang operasi di rumah sakit, seseorang melihat tubuhnya sedang disayat-sayat. Nah, ketika telah sadar, seseorang yang tidak jadi mati itu, tampil dengan ESP. di desa-desa, bila ada orang yang tidak jadi mati, biasanya jadi dukun.

Generasi Spiritual
Secara fisik, kita tidak bisa membedakan seseorang yang memiliki indera keenam dan tidak. Untuk mengetahuinya harus dengan indera keenam pula. Namun, para psikiater punya metode sendiri. Psikiater akan mengeluarkan kartu yang disebut ESP card. Jumlahnya 25 kartu dengan gambar-gambar berbeda-beda. Bila setelah dikocok, lebih dari 5 kali, seseorang mampu menebak gambar kartu dengan benar, berarti dia memiliki indera keenam. Bila hanya 5 kali, apalagi kurang, tidak memiliki indikasi indera keenam.

Kini, ada teknologi baru untuk mengetahui indera keenam,yaitu dengan foto aura. Foto aura ini menggunakan teknologi yang disebut aura video station. Saat difoto, aura akan terlihat jelas warna-warni aura manusia. Aura itu, terkait dengan hormon yang disebut hipofisis dan epificis di otak. Yang memiliki indera keenam, dahinya berwarna aura nila (campuran ungu dan merah). Mereka yang beraura seperti itu, selain memiliki kecerdasan di atas rata-rata, juga memiliki spritualitas tinggi. Akhir-akhir ini, di seluruh dunia banyak lahir anak-anak yang memiliki ESP. Di Indonesia fenomena ini mencuat ketika memasuki tahun 2000. Mereka biasa disebut anak indigo. Kecerdasan dan sikapnya jauh melebihi usianya. Ia lain dari anak-anak sebayanya. Untuk ituanak-anak indigo kerap dianggap sebagai anak aneh atau ajaib. Berbeda dengan anak cerdas yang bila diajarkan, ia cepat menangkap, maka pada anak indigo tanpa diajarkan pun, dia sudah langsung menguasai ilmunya. IQ-nya antara 125-130.

ESP-nya membawa mereka pada kecerdasan spiritual. Anak-anak seperti ini, tidak bisa bergaul dengan sebayanya, tidak mau dipaksa atau diperintah, dan tidak mau sekolah. Mereka, memang, kerap bermasalah dengan lingkungan sosialnya karena kurang disiplin. Karakternya memberontak. Tapi, di sisi lain, ia kadang menunjukkan intuisi yang kuat serta pandangannya sangat bijak.

Mereka juga bisa bercerita tentang masa lalunya sebelum lahir dan apa yang akan terjadi ke depan. Anak-anak indigo ini, biasa juga disebut generasi spiritual yang akan membawa dunia pada kedamaian. Saat para anak indigo ini dewasa (vanguard), mereka nanti akan melahirkan generasi baru yang disebut generasi kristal pada kurun waktu tertentu. Anak-anak kristal ini, aura di dahinya bening. Sikap memberontaknya berkurang. ESP, spiritual, dan kecerdasannya jauh lebih tinggi lagi daripada generasi indigo.

Sumber : M. Husen, Variasi Oktober 2006



(http://www.pro-vclinic.web.id/articles/indera-keenam-muncul-saat-panca-indera-tidak-bekerja.html)